Quantcast
Channel: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Viewing all articles
Browse latest Browse all 452

Kiat Suskes ala Alumni FPIK: Dari “Remuk Story” ke “Sukses Story”

$
0
0

Beginilah yang terjadi apabila para alumni berbagi pengalaman, begitu banyak inspirasi dan ilmu yang dapat diserap. Di tengah adanya pandemi COVID-19, alumni FPIK UB mengadakan acara Alumni Talk menggunakan aplikasi Zoom, Sabtu(30/5).

Prof. Happy Nursyam saat membuka acara Alumni Talk

Alumni Talk kini bertemakan “Halal Bihalal Online” dengan pembicara Ir. Purnomo, alumnus FPIK UB 1983 dan Septi Ariyani, S. Pi, alumnus FPIK UB 1999.  Acara kemudian dibuka Dr. Anthon Efani, alumnus FPIK UB 1984 dan dibantu Wiro Wirandi, alumnus FPIK UB 2000, serta sambutan dari Dekan FPIK UB, Prof. Dr. Ir. Happy Nursyam, MS. Ir. Purnomo, merupakan Direktur Thai Union Indonesia. Selain itu, beliau juga menjadi owner tambak udang dan Pekage Coffee Roastery. Purnomo mengatakan bahwa perjalanannya hidupnya bukanlah “success story” melainkan “remuk story” karena begitu banyak sepak terjal yang dilalui. Beliau merupakan lulusan program studi Teknologi Hasil Perikanan (THP) yang kemudian menjadi owner tambak udang.

Ir. Purnomo, salah satu alumni FPIK yang telah sukses di bidang tambak udang

Setelah lulus dari dunia perkuliahan, dirinya bekerja dalam perusahaan kecil UD. Budijaya di Surabaya sebagai penjaga toko. Beliau kemudian bekerja dalam bidang Sales and Marketing hingga menjadi seorang Manager. Suatu ketika, beliau mendapatkan tawaran pekerjaan di bidang budidaya udang. Meskipun tawaran tersebut bukanlah bidangnya, akan tetapi beliau memaksakan diri untuk menerimanya karena telah memegang prinsip “Pantang Tolak Tugas”. Prinsip itulah yang membuat beliau terus belajar dan berkembang.

“Dalam tiap individu perlu memiliki knowledge, skill, leadership, dan communication yang baik, knowledge yang didapatkan harus seimbang dengan skill yang diasah,” ujarnya. Di akhir pembicaraan, beliau mengaitkan bisnis dengan adanya pandemi, sehingga beliau menyarankan “Pilihlah bisnis yang memiliki prospek jangka panjang (long-term),” salah satu bisnis yang menjanjikan tersebut ialah perikanan dan kelautan yang mana merupakan bisnis di bidang makanan. Pembicara kedua merupakan sosok cantik yang telah menaikkan harga garam melalui inovasinya, beliau adalah Septi Ariyani, S. Pi. Sebelumnya, beliau ialah lulusan program studi Manajemen Sumberdaya Perairan (MSP) dan bekerja di Dinas Perikanan dan Kelautan Cirebon, namun saat ini beliau memilih beralih menjadi “petani garam”. Saat melihat garam-garam yang melimpah, permintaan pasar yang tinggi serta ada rasa ingin memberdayakan petambak garam, beliau memanfaatkan garam sebagai inovasi produk turunan garam.

Pembicara kedua merupakan sosok cantik yang telah menaikkan harga garam melalui inovasinya, beliau adalah Septi Ariyani, S. Pi. Sebelumnya, beliau ialah lulusan program studi Manajemen Sumberdaya Perairan (MSP) dan bekerja di Dinas Perikanan dan Kelautan Cirebon, namun saat ini beliau memilih beralih menjadi “petani garam”. Saat melihat garam-garam yang melimpah, permintaan pasar yang tinggi serta ada rasa ingin memberdayakan petambak garam, beliau memanfaatkan garam sebagai inovasi produk turunan garam.

Selama lima tahun, dirinya bergelut bersama inovasinya, kini telah mengeluarkan produk-produk berbahan baku garam sebagai produk kesehatan dan kecantikan dengan nama “Rama Shinta Rumah Garam”. Dirinya juga memaparkan beberapa manfaat garam untuk kesehatan dan kecantikan. Kandungan ion dan mineral dalam garam mampu menjaga keseimbangan metabolisme tubuh, serta baik digunakan untuk detoksifikasi tubuh, antibakteri, antiinflamasi, dan juga relaksasi tubuh. Dirinya juga memiliki galeri rumah garam “Rama Shinta” yang berada di Cirebon. Dalam menjalankan bisnisnya, tidak sedikit perusahaan asing yang melirik bisnis tersebut, namun dirinya tetap bersikeras dan percaya terhadap bisnisnya.

“Saya membangun bisnis ini dari nol. Saya memilih untuk menjadi petani garam yang kemudian berjalan sampai sekarang, saya akan terus belajar. Poin penting dalam berbisnis adalah nikmatilah prosesnya,” ungkapnya.

Acara yang diikuti lebih dari 100 peserta, di antaranya terdapat Prof Ir. Sukoso, M.Sc., Ph.D, Ir. Nilanto Perbowo, M.Sc,  Dr. Ir. I Nyoman Suyasa, M.S, Dr. Suseno Sukoyono, M.M, mendapat antusiasme yang tinggi. Mereka aktif menanggapi dan saling memberi informasi pada sesi diskusi. Dr. Suseno sebagai Ahli Utama LAN RI mengatakan, tantangan yang harus dihadapi dalam dunia bisnis adalah VUCA (Volatile, Uncertain, Complexity, Ambiguity), sehingga di masa pandemi seperti ini pebisnis dituntut belajar menanggapi dan mengelola perubahan secara efektif.

“Alumni FPIK UB harus lebih adaptive dan survive di era distruptive”, ujarnya. Ir. Nilanto Perbowo, M.Sc, juga menambahkan pesan, alumni FPIK UB harus memiliki High Profile. Di penghujung acara, beberapa peserta menyayangkan akan keterbatasan waktu dalam pembahasan kali ini. Sehingga Wiro Wirandi selaku Co-Host memberikan “kode-kode” akan adanya Alumni Talk selanjutnya. “Diskusinya seru sekali, terkait bisnis perikanan dalam skala kecil serta pengembangan bisnis, mungkin bisa menjadi tema Alumni Talk berikutnya,” ujarnya.


Viewing all articles
Browse latest Browse all 452