Semenjak Tahun 2011, FPIK UB melalui Bapak Ir. Sukandar, MP telah secara aktif melakukan pendampingan pada Kelompok Nelayan Samudera Bhakti, Bangsring, Banyuwangi. Kelompok Samudera Bakti sendiri merupakan kelompok nalayan yang mulanya bekerja sebagai penangkap ikan hias. Dengan menurunnya kualitas habitat terumbu karang dan tangkap lebih (over-fishing), hasil tangkapan nelayan menurun. Nelayan menyadari bahwa sebagian dari kerusakan tersebut disebabkan oleh tingkah laku mereka. Sebagai usaha untuk menebus kesalahan masa lalu, kelompok nelayan sepakat untuk menyatakan perairan di depan desa mereka sebagai kawasan konservasi perairan. Hal ini dilakukan dengan menjaga dan melarang kegiatan penangkapan di dalam kawasan konservasi dan melakukan perbaikan habitat melalui penanaman terumbu karang buatan (transplantasi). Usaha ini mendapat dukungan dari berbagai pihak termasuk Kementerian Kelautan dan Perikanan, Dinas Perikanan dan Kelautan tingkat Provinsi Jawa Timur maupun Kabupaten Banyuwangi, akademisi dan Perguruan Tinggi, utamanya adalah FPIK UB, serta partner media. Secara bertahap, usaha tersebut menjadi contoh dan menumbuhkan mata pencaharian baru dalam kemasan eko-wisata bahari. Saat ini, kelompok nelayan Samudera Bakti sudah mengembangkan paket-paket tour termasuk: paket Pulau Tabuhan, paket Pulau Menjangan, snorkeling dan diving di sekitar rumah apung, canoe, maupun banana boat. Saat ini, 4 orang anggota kelompok telah tersertifikasi sebagai naturalist guide – usaha untuk menebus kesalahan masa lalu telah berbuah penghasilan baru dari kegiatan eko-wisata bahari.
Underwater Festival
Kabupaten Banyuwangi telah dan sedang mengembangkan potensi pariwisata sebagai salah satu sumber penghasilan Pemerintah Daerah dan masyarakat. Setiap tahun, Pemerintah Daerah melakukan Festival Banyuwangi, termasuk Underwater Festival yang dipusatkan di Desa Bangsring. Nelayan Samudera Bakti mengambil peran utama untuk terus memperkenalkan wisata bawah laut. Pengembangan atraksi wisata bawah laut dilakukan bersama mitra akademisi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang. Keberhasilan dalam bidang konservasi dan pengembangan eko-wisata bahari ini telah mengantarkan kelompok untuk mendapatkan penghargaan predikat KALPATARU pada tahun 2017.
Rekor Dunia – Indonesia (MURI)
Pada tahun 2016, kelompok nelayan Samudera Bakti telah berhasil mencapai catatan Rekor Dunia –Indonesia (MURI), dengan didampingi oleh kelompok Acta Academica Synica, dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya. Pada tahun 2018, nelayan Samudera Bakti kembali mengajukan Rekor Dunia – Indonesia yang ke-2, dengan tema: pengamatan bawah laut oleh penyelam terbanyak.
Tarian Gandrung Bawah Laut
Kegiatan mencapai catatan Rekor Dunia – Indonesia (MURI) ini dimulai pada tanggal 4 April 2018, dibuka dengan tarian Gandrung Bawah Laut. Tarian Gandrung ini dipentaskan pada panggung anyaman bambu ukuran 7*14 m2. Gandrung ditarikan oleh 12 orang penari (penyelam) putri, 8 orang penari (penyelam) putra (penari bendera) dan 3 orang (penyelam) putra sebagai pemain musik.
Seluruh penari dan pemusik diawasi oleh 5 orang penyelam yang bertindak sebagai safety divers. Wartawan dari berbagai media mendapat ijin untuk melakukan dokumentasi dari luar panggung dan selalu berada di bawah arus.
Rekor Dunia – Indonesia: Pengamatan Bawah Laut oleh Penyelam Terbanyak
Kegiatan Rekor Dunia – Indonesia (MURI) 2018 ini dimulai pada tanggal 4 April 2018, tepat jam 10:00 WIB, bertempat di depan Rumah Apung nelayan Bangsring, Banyuwangi. Pengamatan dilakukan terhadap aktivitas ikan Nemo atau Clown Anemonefish, Amphiprion ocellaris (Cuvier, 1830) yang tinggal menetap pada bunga karang (Anemone).
Objek Pengamatan
Objek yang diamati dalam kegiatan Rekor Dunia – Indonesia ialah tingkah laku keluarga ikan Nemo yang tinggal pada Bunga Karang atau Anemone (Stichodactyla sp.). Ikan Nemo ialah jenis ikan hias pada terumbu karang yang hidupnya bersimbiosis dengan anemone, salah satu jenis binatang penghuni terumbu karang. Anemone selalu mengeluarkan racun untuk melindungi diri dan melemahkan atau membunuh mangsa sebelum dihisap. Sebaliknya, ikan Nemo sangat kebal dengan racun dari Anemone dan menggunakan Anemone sebagai rumah dan melindungi diri dari serangan predator. Keberadaan Nemo pada Anemone akan merangsang Anemone untuk secara spontan mengeluarkan racun secara terus menerus. Jika ada ikan yang tersengat (selain Nemo), dia akan lemah dan bisa dihisap sebagai makanan. Jadi Nemo dan Anemone ialah simbiosis dua spesies yang secara tidak sengaja saling menguntungkan.
Ikan Nemo merupakan spesies yang memiliki pasangan tetap, melahirkan anak antara 1 – 3 ekor. Induk betina akan selalu berada di dekat anaknya. Induk jantan kadang-kadang akan bergerak (berpindah sementara) ke Anemone terdekat untuk mencari makanan sambil mengawasi ikan betina beserta anaknya. Tingkah laku dan simbiosis dua spesies yang unik ini sangat menarik untuk diamati dan dipelajari. Hasil pengamatan bisa digunakan sebagai bahan informasi kepada nelayan dan masyarakat lainnya untuk lebih melindungi habitat terumbu karang.
Tata Urutan pengamatan
1) Lokasi dan objek pengamatan
Objek atau target pengamatan ialah ikan Nemo jenis Amphiprion ocellaris (Cuvier, 1830) pada dua bunga karang (Anemone) berdekatan yang terletak di samping Rumah Apung nelayan. Tempat ini sudah diberi tanda (pelampung dan bendera), sebagai tempat penyelam untuk turun. Lokasi pengamatan di bawah juga diberi tanda berupa tiga bolan kecil yang melingkari kedua Anemone.
2) Tim penyelamat
Setiap penyelam yang melakukan pengamatan akan diawasi oleh 2 orang free divers untuk menjaga keamanan, memberi arah, dan first aid jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Tenaga free divers ini bertugas selama ± 4 jam, sebelum diganti oleh regu free divers lainnya.
3) Pengamatan ikan Nemo
Kegiatan pengamatan ikan Nemo ini dimulai tepat jam 10:00 WIB, mulai pada tanggal 4 April 2018. Pada jam 09:50WIB, dua orang penyelam sudah bersiap pada bendera. Penyelam pertama bertindak sebagai Pengamat Utama, sedangkan penyelam kedua bertindak sebagai Pendamping (buddy). Sebelum turun, masing-masing penyelam difoto oleh petugas yang mempersiapkan peralatan didarat.
Tepat jam 10:00 WIB, petugas timer di Rumah Apung memberikan tanda (sirene) agar kedua penyelam turun dan memulai pengamatan terhadap ikan Nemo. Penyelam pendamping membawa slate dan pensil. Melalui komunikasi bawah air, kedua penyelam membuat kesepakatan terkait diskripsi tingkah laku Nemo yang mereka amati selama 30 menit. Diskrispsi tersebut ditulis pada slate.
Pada jam 10:20 WIB penyelam utama kedua turun mendekatan bendera dan menunggu tanda dari timer di Rumah Apung. Tepat Jam 10:30, petugas timer memberi tanda (sirine) kepada penyelam utama ke-dua untuk turun menggantikan penyelam utama pertama. Setelah sampai pada lokasi, penyelam utama pertama bersalaman dengan penyelam pendamping dan naik ke atas permukaan (dibantu oleh tim penyelamat). Kegiatan pengematan selanjutnya dilakukan oleh penyelam utama kedua dan penyelam pendamping pertama selama 30 menit.
Pada jam 10:50 WIB, penyelam utama ke-tiga dan penyelam pendamping ke-dua bergerak menuju bendera. Tepat jam 11:00 WIB, kedua penyelam diminta turun untuk menggantikan penyelam utama ke-dua dan penyelam pendamping pertama. Setelah bersalaman dengan penyelam yang baru, kedua penyelam naik ke permukaan dengan membawa catatan diskripsi tingkah laku ikan Nemo selama 60 menit (masing-masing terbagi dalam 30 menit). Kegiatan ini terus berlangsung secara estafet selama 48 jam. Seluruh aktivitas pengamatan diakhiri pada jam 10:00 WIB, tanggal 6 April 2018, bertepatan dengan hari Nelayan.
4) Catatan dan dokumentasi
Foto dan identitas masing-masing penyelam semuanya dicatat oleh timer menggunakan catatan hard copy dan juga foto. Catatan diskripsi tingkah laku Nemo yang ditulis oleh penyelam difoto oleh petugas timer, selanjutnya dihapus untuk digunakan kembali oleh penyelam berikutnya. Dengan sistem ini, seluruh data penyelam dan catatan tingkah laku objek selalu terekam melalui camera foto.
5) Total penyelam utama
Pengamatan terhadap tingkah laku ikan Nemo secara keseluruhan dilakukan oleh 96 penyelam utama, masing-masing penyelam melakukan aktivitas selama 30 menit. Setiap penyelam utama didampingi oleh penyelam buddy (menyelam harus dilakukan secara berpasangan) yang masing-masing bertugas selama 60 menit. Namun penyelam pendamping (buddy) ini tidak diajukan dalam catatan Rekor Dunia – Indonesia (MURI). Dengan demikian, total jumlah penyelam yang melakukan pengamatan bawah air ialah sebanyak 96 orang.
-disusun oleh: Tim BUF II 2018/CSUD-