Program Studi Ilmu Kelautan, FPIK UB mengadakan kegiatan program 3 in 1 pada tahun 2020 ini dimana salah satu agenda nya adalah webinar “Scholarship and Internship in Marine Science”. Acara webinar ini diselenggarakan pada tanggal 3 Oktober 2020 dengan menghadirkan 4 narasumber yang merupakan penerima beasiswa doktoral (S3) di luar negeri dan juga salah satunya merupakan penerima program kerjasama dengan instansi di luar negeri. Pemateri pertama yaitu Saat Mubarrok yang merupakan dosen di Universitas Mulawarman, beliau merupakan penerima beasiswa dari University of Science and Technology. Saat ini beliau menjadi mahasiswa doktoral (S3) di bidang Ocean Science, University of Science and Technology (UST), Korea Institute of Technology and Ocean Science. Pemateri kedua yaitu Armyanda Tussadiah Razak yang merupakan peneliti di World Resources Institute dan beliau juga merupakan penerima program kerjasama yang dilakukan oleh International Seabed Authority (ISA), Korea Institute of Technology and Ocean Science pada tahun 2019. Pemateri ketiga adalah Ni Kadek Dita Cahyani yang merupakan peneliti di Biodiversitas Indonesia (Bionesia) dan beliau juga merupakan penerima beasiswa Fulbright. Saat ini beliau menjadi mahasiswa doktoral (S3) di University of California. Pemateri keempat yaitu Dwi Candra Pratiwi yang merupakan dosen di Program Studi Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya dan beliau juga merupakan penerima beasiswa LPDP. Saat ini beliau menjadi mahasiswa doktoral (S3) di University of Alberta.

Pada acara webinar kali ini, Master of Ceremony (MC) sekaligus moderator yaitu Geraldi Al Azzami yang merupakan mahasiswa Ilmu Kelautan Angkatan 2018. Sedangkan peserta acara ini berasal dari alumni Ilmu Kelautan UB serta mahasiswa aktif Ilmu Kelautan UB.
Menurut Saat Mubarrok, persiapan yang diperlukan untuk melanjutkan studi di luar negeri adalah terkait tekat dan niat terutama mental serta mindset. Hal ini dikarenakan kondisi negara tujuan di luar negeri memiliki budaya yang berbeda dengan di Indonesia. Selain itu persiapan tentang topik riset yang spesifik agar tidak mendapatkan kesulitan saat proses studi. Lalu hubungi Professor yang sesuai dengan minat serta lengkapi dokumen administrasi nya. Senada dengan pernyataan Saat Mubarrok, Armyanda Tussadiah Razak yang pernah kerjasama dengan ISA juga menyebutkan bahwa kemampuan Bahasa Inggris baik itu writing dan speaking sangat perlu dimiliki. Hal ini sangat membantu beliau saat proses kerjasama dimana bahasa yang digunakan adalah Bahasa Inggris, meskipun tidak semua orang di Korea mengerti tentang bahasa tersebut.

Menurut Ni Kadek Dita Cahyani, universitas di Amerika memiliki budaya tersendiri, sangat berbeda dengan universitas di wilayah Asia. Hal ini dikarenakan pada Universitas di Amerika, para mahasiswa cenderung lebih bebas hingga mereka lupa jika sebenarnya tujuan mereka ke Amerika adalah untuk sekolah lanjut. Sedangkan menurut Dwi Candra Pratiwi yang sedang kuliah di salah satu universitas di Canada mengatakan bahwa untuk mendapatkan sebuah beasiswa perlu adanya mindset untuk menjadi orang yang luar biasa atau “don’t be common people” begitulah kata beliau. Hal ini perlu dilakukan agar pada saat interview, nama kita akan diingat oleh seorang interviewer sebagai orang yang beda dari yang lain. Dengan adanya webinar ini, dosen Ilmu Kelautan UB selaku panitia berharap mahasiswa serta alumni IK mendapatkan banyak informasi terkait kerjasama (internship) dan juga beasiswa (scholarship) di luar negeri.